Senin, 07 November 2011

Pendidikan yang Rendah Tingkatkan Kebiasaan Merokok


 
Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah mengonfirmasikan adanya hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dan latar pendidikan sang perokok.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam laporannya yang bertajuk Morbidity and Mortality Weekly Report yang dipublikasikan tahun 2008 mengatakan perokok dengan pendidikan diploma merupakan yang tertinggi dengan 44%.

Sementara itu, perokok yang pernah mengenyam pendidikan 9-11 tahun mempunyai tingkat prevalensi 33,3%, dan perokok yang berlatar pendidikan perguruan tinggi hanya 11,4%. Prevalensi perokok berpendidikan sarjana jauh lebih rendah lagi, yaitu hanya 6,2%.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya latar belakang pendidikan untuk benar-benar memahami bahaya merokok bagi kesehatan. Data itu juga menjelaskan adanya kecenderungan di antara perokok dengan latar pendidikan yang rendah untuk mengabaikan kesehatan mereka.

Oleh karenanya, CDC pada April lalu menyerukan gerakan nasional anti-merokok di seluruh wilayah Amerika Serikat agar dapat mereduksi jumlah kematian akibat merokok tembakau hingga lebih dari 400.000 orang setahun. CDC berharap adanya pengadopsian kebijakan untuk mengendalikan, mencegah hingga berhenti merokok yang seragam diberlakukan di seluruh wilayah Amerika Serikat.

CDC memperkirakan 46 juta perokok dewasa di AS menghisap rokok, dan kematian akibat merokok mencapai sekitar 443.000 orang dalam setahun. Di negara bagian West Virginia, jumlah perokok dewasa mencapai 26,5%, di Indiana 26%, Kentucky 25,2%, Missouri 25%, dan Oklahoma 24,7%.
Menjelang akhir tahun 2008, persentase jumlah perokok dewasa di Amerika Serikat turun di bawah 20%. Penurunan ini merupakan yang pertama kali terjadi, atau setidaknya sejak pertengahan tahun 1960-an. Di satu sisi, penurunan ini juga membuktikan kemenangan upaya pemerintah dalam memerangi merokok.

CDC juga menginformasikan jumlah perokok dewasa di AS terus menurun, yaitu tahun 2007  menjadi 19,8% dari 20,8% pada tahun sebelumnya.

Meskipun ini kabar yang sangat bagus, Matthew McKenna, MD, MPH, Direktur CDC untuk Divisi Rokok dan Kesehatan, tetap menyesalkan bahwa tingkat kematian akibat merokok masih meningkat. Beliau melaporkan bahwa hampir satu  dari lima warga dewasa Amerika Serikat yang merokok. Bahkan banyak mantan perokok yang akhirnya tak berdaya lalu kembali melakukan kebiasaan buruk itu lagi.
Tom Glynn, PhD, Direktur International Cancer Control di American Cancer Society, berkomentar bahwa laporan itu menunjukkan kemajuan besar. Bahkan angka itu adalah angka yang terendah sejak akhir tahun 1920-an.

Dalam laporan itu disebutkan penurunan prevalensi merokok terjadi di kelompok umur 18 tahun ke atas. Kelompok umur ini mencatat rekor tertingginya tahun 1965 dengan persentase perokok sebesar 42,4%.

Angka itu lalu turun di bawah 30% untuk pertama kalinya pada tahun 1987 dengan persentase perokok mencapai 28,8% dari total perokok di Amerika Serikat.
Penurunan angka perokok ini diperkirakan terkait dengan penerapan cukai rokok yang tinggi dan penerbitan aturan perundangan bebas rokok yang diterapkan di sebagian besar lingkungan kerja di samping adanya konseling kesehatan.

Secara komposisi, pada tahun 2007 di Negara Paman Sam itu 22,3% perokok adalah laki-laki dewasa dan 17,4% adalah perempuan dewasa. Warga Amerika Serikat keturunan Afrika yang merokok mencapai 19,8% dan sebanyak 21,4% adalah keturunan kulit putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar